Category Archives: My Story

Contoh Surat Penerimaan

Capture

Tinggalkan komentar

Filed under My Story

Example of “Not-Successful” Letter

not-successful letter

2 Komentar

Filed under My Story

Reportase Mudik Lebaran ke Bima 2014

I had feeling I have to write this, as detail as I can.

—————

KE BIMA

Alhamdulillah lebaran tahun ini kami sekeluarga dapat mudik ke Bima, setelah tahun lalu tidak. Kami berangkat ke Bima pada hari Sabtu sore tanggal 26 Juli bersama keluarga om dolly dan keluarga om jul serta keluarga uwa’ feo dari Jakarta dengan 3 mobil. Awalnya kami harus menjemput keluarga dari Jakarta di BIL. Sambil menunggu kami berbuka di warung nasi puyung depan BIL dan solat magrib, isya’, dan tarawih di masjid BIL. Ada insiden kecil waktu solat, dua pasang sandal saya, yang satu saya pakai dan yang satu lagi Bapak yang pakai (umur sehari) diembat maling di masjid. Astaghfirullah.. ternyata masih zaman orang maling sandal di masjid. Akhirnya saya dipinjami sandal oleh om Jul.

Ternyata eh ternyata pesawat dari Jakarta delay. Kami harus menunggu cukup lama sampai kira-kira jam 10. Kami lalu langsung cus mencari tempat makan buat orang Jakarta. Awalnya mereka pengen makan nasi puyung tempat kami makan tadi, tapi karena sudah tutup akhirnya makan nasi ayam rarang. Tidak berlama-lama makan, kami cus lagi ke langsung ke pelabuhan. Jalanan sudah sepi karena malam. Kami sampai sedikit lewat tengah malam. Tanpa mengantri lama, ketiga mobil bisa masuk kapal. Kami dapat kapal yang bagus dan kencang. Kami beristirahat di ruang VIP-nya yang minta bayaran tambahan 5 ribu/orang.

Kapal merapat kira-kira jam 3. Waktunya sudah mepet untuk sahur di Sumbawa Besar. Om menawarkan sahur di Alas. Tapi Bapak bilang ngebut aja, insyaAllah dapat sahur di Sumbawa Besar. Untuk urusan ngebut, Bapak mengambil alih kemudi. Selama perjalanan adek Riena sampai marah-marah saking ngebutnya. Alhamdulillah kami sampai di rumah bibi Suri jam setengah 5. Masih ada waktu setengah jam buat sahur. Setelah sahur dan solat subuh kami beristirahat sejenak. Sekitar jam 9 pagi kami melanjutkan perjalanan ke Bima. Keluarga Sumbawa Besar tidak ikut karena om Dahlan harus menjadi khatib shalat Ied di kampungnya.

Saya kembali mengambil alih kemudi karena kita jalan tidak keburu. Perjalanan dari Sumbawa ke Bima memakan waktu sekitar 5 jam. Jalanannya sekarang sudah bagus dan mulus. Kami sempat mampir sejenak di pantai dekat perbatasan Sumbawa Dompu. Kami memasuki Bima sekitar jam 2. Sempat mampi di rumah keluarga di Sila untuk pinjam toilet.

Dan akhirnya kami sampai di rumah Nenek di Salama, Bima. Alhamdulillah. Keluarga sudah ramai beserta krucil-krucil unyu maksimal. Di belakang sudah ada Bibi Runi, Bibi Ety dibantu om Adhar, om Anwar dan Om Yaya bakar ikan dan bikin es kelapa muda. Senang dapat berbuka puasa hari terakhir di rumah Nenek ramai-ramai. Makanan pun lezat cita rasa Bima. Mantapp. Malamnya adek-adek kecil main obor. Mereka ikut parade obor keliling kampung.

Hari Lebaran (Senin, 28 Juli)

Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Taqabalallahu minna wa minkum. Bertemu lagi dengan hari bahagia umat muslim sedunia Iedul Fitri. Kami semua salat, kecuali nenek yang sudah tidak kuat, di lapangan masjid dekat rumah Nenek. Pulangnya kami mampir salam-salaman di rumah Kakek Haji Beko (almarhum). Di sana kami makan opor ayam dan kue. Ternyata bertepatan ulang tahunnya om Jul. Dan dirayakan dengan Mama secara sepihak menyiram air aqua ke Om Jul. Kikik.. yang lain ndak ikut-ikutan.

Kembali ke rumah ternyata Nenek lagi kesakitan. Kami bergantian menyalami tangan Nenek yang hanya bisa terbaring di kasur. Setelah ditelusuri Nenek salah minum obat yang kadaluarsa. Kondisi Nenek langsung drop. Akhirnya diputuskan Nenek dibawa ke rumah sakit. Nenek harus diopname. Siangnya menyusul keluarga Bibi Suri sampai di Bima dan langsung ke rumah sakit.

Sorenya dari rumah sakit saya sama adek-adek kecil ke rumah om Jovi. Om lagi bakar ayam buat dimakan anak-anak. Agak sekitar magrib mobil om Jul lewat di depan rumah Om Jovi. Kami lalu diajak ke rumah Bibi Wati yang baru dan bagus. Di sana kami makan bakso. Terus ternyata diajak Bibi Wati makan di rumahnya Om yang istrinya orang Makassar. Kami makan buras dan coto makassar. Habis dari sana kami diajak lagi ke rumah Kakek Hamzah. Ditawari makan lagi. Haha. Kenyang beuts. Setelah itu kami kembali ke rumah sakit berjalan kaki (rumah sakitnya deket). Tidak lama di sana kami lalu kembali ke rumah Nenek untuk tidur.

H+1 (Selasa, 29 Juli)

Paginya hanya malas-malasan di rumah Nenek dan main-main dengan krucil-krucil seperti biasa. Siangnya saya, Bapak, kak Ika, Imong, dek Riena ke Karumbu untuk ke rumah kakek nenek dari sisi bapak. Mama tidak ikut karena harus jaga Nenek di rumah sakit. Ada rencana nenek mau dibawa ke Mataram pada hari Kamis untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Di jalan kami mampir beli KFC untuk makan siang dan jagung rebus. Tidak lupa juga beli ikan segar di jembatan, langganan tiap pergi ke Karumbu. Perjalanan ke Karumbu memakan waktu sekitar 1,5 jam. Sesampainya di sana ternyata hanya tinggal kakek dan nenek. Kirain ada keluarga-keluarga juga dari sisi Bapak. Rupanya mereka sudah balik paginya. Sebenarnya tidak terlalu banyak kerjaan kalau di Karumbu, terlebih kalau sepi.  Sorenya kami cuman foto-foto di sekitar sana dan petik kelapa muda. Malamnya kami jalan-jalan ke kampung buat beli mie goreng. Tidak sengaja kami belinya di toko milik keluarganya mas Mul. Mas Mul pernah tinggal bersama kami selama empat tahun di Mataram. Tiba-tiba ramai dan kami kesulitan mengenali mereka satu-satu. Kami ngobrol-ngobrol saja dan ditutup dengan foto bersama. Kami juga diberi oleh-oleh kelapa muda dan pisang. Terasa banget ya lagi di kampung. Setelah itu kami pulang. Makan malam dengan ikan yang kami beli tadi dan kelapa muda yang kami petik tadi. Kemudian tidur.

H+2 (Rabu, 30 Juli)

Paginya setelah sarapan kami nonton TV dan bersih-bersih. Sekitar jam 11 kami berpamitan untuk balik ke Bima. Kami foto-foto dulu bersama dan juga masing-masing dengan kakek nenek. Di kampung kami mampir ke rumah bibi Najwa untuk dikasih ayam dan ubi yang sudah matang. Nikmat! Sesampai di Bima kami berencana sekalian menjemput Uwak Leo dan Dalvin. Tapi ternyata sudah dijemput om Jovi dan mereka langsung ke rumah sakit melihat nenek.

Ketika kami sampai di rumah Nenek ada banyak mobil. Ternyata ada Pak Hamdan Zoelva yang mudik ke rumahnya yang hanya selang satu dari rumah Nenek. Ada polisi yang berjaga-jaga di luar untuk mengamankan orang terpenting RI saat ini. Tidak berapa lama Uwak Leo dan Dalvin datang. Si Dalvin ini sepupu di Makassar yang kata bapaknya bandelnya minta ampun. Namun awal-awalnya dia masih pemalu dan tidak banyak bicara. Mungkin belum ‘keluar’.

Sorenya kami kembali ke rumah sakit. Di rumah sakit ramai karena keluarga-keluarga dari Karumbu datang. Alhamdulillah. Kami cucu-cucu yang besar mencoba membuat daftar cucu-cucu keluarga Nur Wahab (nama kakek). Ternyata jumlahnya 29! dan itu banyak masih kecil-kecil. Yang tertua adalah kak Ika umur 24 tahun dan kedua saya. Begitulah. Makanya betapa serunya kalau semua cucu ngumpul semua lengkap. Harus suatu saat! Setelah itu, Ivan nyeletuk bagaimana kalau kita makan malam bareng ntar. Kita semua setuju. Bibi Runi terus saranin minta uang ke donatur-donatur, maksudnya ke om-om dan uwak-uwak. Alhamdulillah terkumpul 450 ribu rupiah dalam sekejap.

Malamnya selepas dari rumah sakit kami siap-siap pergi makan malam di luar. Rencananya ke Ama Hami (mudahan bener ejaannya), daerah di pesisir pantai di Bima. Bibi Runi saranin makan ikan laut di Depot Semarang. Yang ikut cucu-cucu yang besar aja. Kalau bawa yang kecil-kecil takutnya susah dijagain. Kami pergi ber-10. Delapan naik mobil, yaitu saya, kak Ika, Dalvin, Fadilah, Mira, Imong, Diana, Riena, Iski dan BJ. Ivan dan temennya (yang ikut dari Sumbawa) naik motor. Tidak sulit menemukan Depot Semarang dan rupanya seperti tempat cabe-cabean kata Diana. Tapi kami positive thinking makanannya enak. Kami kebanyakan mesan ayam lalapan, bebeknya habis. Dan tambahan 2 porsi ikan palmara yang khas Bima. Setelah itu baru kami nyari tempat nongkrong di pinggir pantai. Tidak ada yang jualan roti bakar. Jadi cuman duduk-duduk aja dan foto-fotoan.

Kami balik sekitar pukul 10 malam. Sampai di rumah ada Aba Jul dan Afif, teman main di Bima waktu masih kecil. Sudah lama tidak bertemu. Awalnya saya tidak mengenali Aba Ju, sampai saya dengar suaranya lama-lama dan denger caranya ketawa saya jadi ingat. Dia banyak cerita soal hidupnya di Jogja, tentang perempuan, tentang gunung dan tentang kehidupan. Kami di situ saya, ivan dan temennya, dan dalvin dengerin sampai larut malam. Tengah malamnya om yaya di bawa ke klinik karena sakit maag.

H+3 (Kamis, 31 Juli)

Hari ini semestinya Nenek pergi ke Mataram. Tapi ditunda hari Sabtu dan naik pesawat atas rekomendasi dokter. Awalnnya rencananya pakai ambulan yang sudah dipesan ke Sekda Kota Bima. Terus konvoi bareng mobil-mobil lain ke Mataram. Akhirnya saya dan beberapa keluarga pergi ke kuburan kakek. Kuburannya ada di dekat pintu masuk kampung jadi cukup jalan kaki. Sekalian juga mengunjungi kuburan kakek Beko, yang baru meninggal 3 bulan yang lalu.

Siangnya kami lalu konvoi ke Karumbu 3 mobil. Saya ikut mobil om Jul sama dalvin. Uwaq Feo yang nyetir karena om Jul lagi ke Newmont. Kami berencana lewat jalan bawah karena uwa kurang yakin dengan mobilnya. Tapi ternyata jalur bawah ditutup. Kabarnya sedang terjadi perang antar kampung. Sudah biasa, dan sudah pernah ramai di TV. Akhirnya ambil jalur atas. Di jalan sempat mampir foto-foto di bendungan dan puncak pertama kali. Biasanya lewat doang.

Sebelum masuk karumbu kami mampir di rumah keluarga di pinggir pantai. Saya ga hafal itu keluarga yang mana yang jelas dikasih makan ikan bakar dan sambal tomat yang khas bima. Setelah itu kami mampir di pelabuhan kapal baru di dekat sana. Kami tidak turun hanya lihat-lihat dari atas mobil. Di desa karumbu, kami langsung ke rumah kakek papa lagi untuk sholat. Dari sana pergi ke rumah lama kakek salama, tempat uwaq feo lahir. Sehabis foto-foto kami lalu ke pantai. Awalnya uwaq feo ga mau ke pantai dan langsung balik ke Bima saja karena ada acara tapi akhirnya ikut. Uwaq Feo sudah mulai kelihatan stress. Uwaq Leo ambil alih jadi sopir.

Pantainya tidak terlalu jauh amat, kira-kira 15 menit sudah sampai. Tapi jangan bandingin pantainya dengan yang di Lombok ya. Tapi setidaknya ada pasir dan air laut. Dan bibi najwa dan om-om yang sudah sibuk bakar bebek. Kami main-main aja di pinggir pantai dan foto-foto of course sementara adek-adek kecil pada mandi. Uwaq Feo lalu pamit mau balik duluan. Karena nebeng mobil yang sama saya harusnya ikut balik, tapi karena fadilah dan diana mau ikut ayahnya jadinya saya dan dalvin bisa pindah ke mobil sendiri. Kami lalu makan bebek yang baru saja dibakar dengan sambal bawang merah yang sedap. Setelah itu pulang. Bawa lagi oleh-oleh kelapa.

H+4 (Jumat, 1 Agustus)

Paginya saya cuman tidur-tiduran. Yang cewek-cewek uda pada jalan-jalan ke mana mungkin jalan kaki. Agak siang saya ke rumah sakit bareng mira, diana, dalvin dan … Tidak lama di rumah sakit balik ke rumah bareng om dolly buat salat jumat. Jumatannya di masjid dekat rumah nenek. Abis dari jumatan pergi jemput mama dan anak-anak cewek itu karena mobilnya di sana. Ke rumah sakitnya diantar om yaya pake motor. Di rumah nenek sempat tidur-tiduran dulu. Sekitar jam 3 pergi ke rumah nenek Sita jalan kaki, ada acara akikah cucunya. Anaknya om yang istrinya orang makassar itu. Menunya sate dan gulai seperti biasa dengan ada coto makassar. Saya nyesal ga ngambil coto makassar. Uda itu kehabisan sate lagi.

Pulang dari sana jalan kaki mampir satu rumah uwaq terus disuruh metik jambu dan mampir rumah nenek terus dikasih mangga. Nyampe di rumah nenek siap-siap lagi langsung berangkat ke Pantai Kolo rame-rame. Rame-ramenya itu bermobil tiga; Keluarga uwaq Feo, keluarga om Jovi dan keluarga Pak Yakin. Nyusul juga keluarganya om Ozi bawa mobil sendiri dan om Anwar yang datang bawa motor sendiri (bibi runi dan aira sebelumnya uda ikut mobil kita).

Pantai Kolo lumayan bagus jalan aksesnya dan pemandangan lautnya sepanjang jalan. Apalagi waktu itu sunset dan pemandangannya agak eksotis. Sementara pantainya ya sekali lagi jangan dibandingin sama yang di Lombok. Tapi kebersamaannya itu yang priceless.

Nyampe ke rumah Nenek saya sudah capek banget. Sempat diajak dalvin ke taman kota buat nontong nyanyi Aba Ju. Tapi saya akhirnya tidur. Lelap.

Sabtu Pagi

Sabtu pagi akhirnya kami siap-siap untuk pulang ke Mataram, sesuai rencana sejak awal. Jam 9 pagi kami sudah siap. Abis itu pergi ke Rontu dulu silaturahim ke rumah Bibi Feti. Tidak lama di sana lalu ke rumah sakit. Rencananya start dari sana. Tapi di rumah sakit ternyata Nenek lagi dilakukan perawatan terakhir dan disiapkan untuk keluar dari rumah sakit siang itu. Alhamdulillah Nenek sudah membaik dan boleh pulang walaupun masih harus pakai kursi roda. Saya lalu diminta ambil mobil untuk antar Nenek ke rumah. Sempat ada insiden waktu mundurin kursi di samping kursi sopir, kaki saya yang waktu itu lagi nginjek rem sempat terlepas dan membuat mobil lompat sedikit (mobil matic). Saya langsung merasa bersalah waktu itu, apalagi Nenek sempat jadi takut naik mobil. Tapi akhirnya Nenek naik juga sama Mama. Setelah itu di satu gang pas perjalanan ada mobil yang markir ndak bener jadi mobil kami ndak bisa lewat. Waktu itu sepertinya ada acara dekat situ. Mama nyari-nyari siapa yang punya mobil agak lama baru nongol. Saya tambah stress lagi kasihan Nenek yang pengen cepat nyampe rumah. Untungnya tidak ada hambatan waktu masukin mobil ke garasi yang biasanya susah karena sempit. Mission accomplished. Tinggal tunggu uwaq Feo yang ada acara di mana mungkin. Keberangkatan molor. Artinya tambahan waktu buat main dengan krucil-krucil. Makan siang dengan mie goreng rame-rame. Jam setengah 1 uwaq leo dan dalvin pamit ke bandara balik ke Makassar. Melepas mbaq dalvin yang cantik.

Sekitar jam 2-an siang baru uwaq feo kembali dari acaranya. Tidak lama kami akhirnya kami harus pamit. Keluarga besar sudah ngumpul semua untuk melepas keberangkatan kami. Kami salim satu satu semuanya. Mampir juga ke rumah kakek beqo buat pamitan.

Pulang

Kami pun start. Dengan tiga mobil seperti waktu datang. Mampir di pusat oleh-oleh depan bandara. Awalnya jalannya iring-iringan tapi lama-lama terpisah. Uwaq Feo mampir beli minasarua, minuman khas bima yang merupakan ramuan rempah-rempah. Sangat aneh rasanya. Anak-anak ga ada yang berani minum. Saya pernah nyoba satu teguk besar dan cukup sampai di situ. Setelah perjalanan 2 jam sampai di perbatasan sumbawa-dompu. Dua mobil terpisah di belakang. Di perbatasan kami istirahat. Makan bakso dan es. Ditunggu-tunggu kedua mobil tidak juga menyusul, akhirnya kami berangkat lagi. Dari perbatasan ke sumbawa besar habisin waktu sekitar 5 jam non stop. Di rumah bibi suri kami sampai sekitar jam 8. Kedua mobil menyusul sekitar setengah jam kemudian. Makan malam sudah disiapkan dan seperti biasa ada menu ikan sepat. Nikmatt. Setelah makan istirahat. Bangun jam empat kejar kapal pagi jam 6.

Di pelabuhan sampai sekitar jam 6. Beli tiket langsung disuruh masuk kapal tanpa ngantri. Sementara mobil om dolly tidak masuk kapal nunggu mobil om Jul yang masih tertinggal di belakang. Sholat subuh di atas kapal. Muatan kapal cukup banyak. Satu per satu bus-bus masuk belakangan. Ada muat tiga mobil lagi. Om dolly akhirnya masuk kapal. Mobil om jul juga sudah terlihat tapi masih menunggu giliran masuk kapal. Ditunggu-tunggu ternyata mobil om Jul disuruh masuk kapal yang satu lagi di dermaga yang lainnya. Jadinya tidak bisa satu kapal.

Perjalanan di laut memakan waktu 1 jam lebih, cukup cepat karenya kapal yang kami naiki cukup bagus. Kapal kami merapat. Sementara kapal yang ditumpangi mobil om Jul tak kunjung terlihat. Kami akhirnya pergi duluan ke Aikmel untuk makan. Om Dolly katanya mau nunggu dulu om Jul di pelabuhan. Di Aikmel kami makan di rumah makan apa lupa namanya pokoknya lauknya nasi ayam. Lama juga nungguin mobil om Jul dan om Dolly. Sekitar 1 jam-an baru mereka datang. Mereka juga makan. Kami tunggu, untuk berangkat bareng ke Sembalun.

Sembalun

Sudah lama tidak ke Sembalun. Jalannya nanjak banget, berkelok-kelok dan cukup sempit. Waktu itu pas lagi rame, karena hari liburan terakhir. Udara di atas dingin dan seger, kami lebih memilih mematikan AC mobil dan membuka jendela.  Di puncaknya semakin ramai, kami memarkir mobil. Pemandangan dari sana yang terbaik. Ke bawah bisa terlihat sebuah desa dan hamparan sawah dikelilingi perbukitan. Ke atas kami bisa melihat jalur pendakian ke Rinjani dan terlihat beberapa pendaki. Setelah melihat-lihat dan foto-foto kami pulang. Jalan turun ternyata lebih ekstrem. Kami juga sempat membeli strawberry. Lalu rencananya kami mau mampir ke Loloan, rumahnya Om Hero dan keluarga.

Epilog

Liburan mudik ke Bima selalu menyenangkan, kumpul dengan keluarga besar dan main dengan krucil-krucil. Waktu merantau ke Surabaya, tiap pulang ke Mataram rasanya damai dan menenangkan, menghilangkan stress. Dan begitulah kalau dari Mataram pulang ke Bima.

(belum diedit dan belum selesai)

2 Komentar

Filed under My Story

Example of Refusal Letter

refusal letter

Tinggalkan komentar

Filed under My Story

Kabar Saya Sekarang

Halo.. apa kabar? Kayaknya sudah lama tidak bercengkrama di sini. Pada kangen berita dari saya? Oke lah, saya ingin bercerita kisah hidup saya selama sekitar empat bulan terakhir, setelah dilantik sebagai pengangguran. Mumpung habis baca tulisan teman-teman, jadi terangsang pengen nulis juga.

Universitas Muhammadiyah Mataram

Setelah sekitar sebulanan nganggur total di Mataram, saya bekerja semi part-time di kampus Muhammdiyah Mataram (UMM). Saya diminta teman Ibu saya, yang merupakan anggota Badan Pengurus Harian (BPH) di kampus itu, untuk membuatkan sebuah aplikasi database untuk kepegawaian. Fungsi aplikasinya standar yaitu bisa menambahkan, merubah, menghapus data di database  dan juga nanti bisa mengeluarkan beberapa laporan sederhana. Apalagi saya membuatnya dengan Ms. Access jadi tidak terlalu lama dan sulit. Sekarang sedang proses penginputan real data. Ini proses yang cukup lama bukan waktu nginputnya, tetapi mengumpulkan data dari seluruh pegawai UMM yang masih terserak dan tidak lengkap. Tak terasa saya sudah bekerja dua bulanan di UMM. Targetnya bulan ini aplikasinya sudah terisi semua data dan semua fungsi sudah bekerja.

Batal ke Taiwan

Nah ini yang sedikit buat saya pusing kepala. Setelah saya defer pada perkuliahan untuk Februari lalu, saya kembali mendapatkan surat admission dari NTUST Mei lalu, dengan tipe beasiswa yang sama yaitu tuition waver only. Jadinya saya nanti harus tinggal di sana dengan biaya hidup sendiri dan juga persyaratan membawa financial statement dari bank berupa tabungan 16000 US dolar sebagai jaminan. Setelah menimbang-nimbang saya tidak jadi mengambilnya. Tapi sampai sekarang saya masih suka kepikiran dan agak menyesal. Bisa saja saya seharusnya terima saja admission-nya dan mengusahakan cara untuk memenuhi keperluan di atas. Tapi sudah lah terlanjur saya tolak. Mudahan saya diberi jalan menempuh studi S-2 yang lain yang lebih menguntungkan.

Apply Australia Awards Scholarship (AAS)

Saya juga sedang mempersiapkan aplikasi untuk mendaftar AAS. Syaratnya tidak terlalu banyak dan sulit, syarat Toeflnya cukup 500. Alhamdulillah skor saya di atas itu. Beasiswa ini adalah beasiswa dari pemerintahan Australia untuk warga Indonesia. Nilai beasiswanya cukup tinggi. Dan juga ada prioritas diberikan untuk warga Nusa Tenggara Barat. Mantap kan? Sekarang saya sudah hampir selesai mengisi form aplikasinya. Yang agak membuat lama dan kesulitan adalah menyusun beberapa esai yang diminta antara lain tentang bagaimana saya memilih program studinya (disuruh memilih dua), bagaimana nanti program studi tersebut  berkontribusi ke karir saya, apa yang sudah saya lakukan selama ini dalam melakukan perubahan di masyarakat dan apa yang akan saya lakukan dengan skill, pengetahuan dan koneksi yang saya peroleh dari beasiswa ini. Mudah-mudahan minggu ini aplikasinya sudah bisa dikirim ke Jakarta. Deadlinenya 18 Juli, agak mepet ya.

Ibnu Abbas Book Store

Kerjaan lainnya adalah mencoba jualan buku-buku Islam secara online, jualannya di facebook, juga dengan bantuan Ibu menawarkan ke teman-temannya. Saya baru nyetok buku sedikit dan hanya dari satu penerbit saja yaitu Pro-U Media. Buku-bukunya baru terjual setengah setelah sekitar satu bulanan jualan. Ternyata tidak mudah jualan buku, mungkin karena semangat membeli buku yang masih kurang di sini atau jaringan market penjualan belum maksimal saya jangkau. Tapi ga papa yang penting bisa dimulai dululah. Nanti juga lama-lama bakal terkenal inshaAllah.

Sepi

Mungkin itu sedikit kesibukan saya empat bulan terakhir. Saya juga merasa sepi karena teman-teman di Mataram pada punya kesibukannya masing-masing. Jarang ngumpul, hanya sempat dua kali jalan-jalan bareng teman SMA. Saya lebih sering di rumah, facebook-an, lagi ramai pilpres.

Saya juga sedang ancang-ancang buat daftar BPPDN Dikti untuk caldos. Tapi deadlinenya mepet 18 Juli nanti sementara saya belum memenuhi beberapa persyaratan. Hanya ini peluang satu-satunya bagi saya kalau masih mau lanjut kuliah tahun ini.

Dalam waktu dekat juga akan ada tes CPNS. Sepertinya saya akan ikut dan daftar di intansi yang ada di Mataram. Siapa tau diterima.

Dan setelah lebaran nanti saya mungkin akan nyoba les IELTS. Tes ini belum pernah saya ambil padahal salah satu syarat utama untuk kuliah luar negeri.  Saya juga mau nyari kesibukan-kesibukan lain lah yang bisa mengisi kekosongan hidup saya ke depan.

Oke mungkin itu dulu.. kalo ada pertanyaan bisa disampaikan di bawah.

Marhaban ya Ramadhan.. Mohon maaf lahir batin kawan..

Tinggalkan komentar

Filed under My Story